Memaknai Ibadah Haji
oleh
Tonnie Melfiansyah
Musim
haji telah dirasakan umat seluruh muslim diseluruh penjuru dunia saat ini,
tidak terkecuali Indonesia yang mayoritas penduduk adalah muslim. Ibadah haji
merupakan ibadah yang secara bahasa sederhana ibadah tahunan yang berpusat di
kota mekkah dan sekitarnya. Haji merupakan ibadah yang sangat bernilai historis
tinggi, dalam hal ini memberikan tempat dan ruang khusus dalam ajaran umat
islam. Indonesia salah satu Negara yang penduduknya mayoritas muslim, Indonesia
adalah satu Negara yang memberikan / melaksanakan ibadah haji setiap tahun yang
dalam pelaksaaannya dibawah naungan kementrian agama ( Kemendepag ). Menurut
kalender islam / hijriah jatuh pada bulan Dzulhijjah.
Ibadah haji adalah salah satu dari lima rukun Islam. Berdasarkan firman Allah: "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji) maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam." (Ali Imran: 97). Dan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam: "Islam itu
dibangun di atas lima perkara; bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq
melainkan Allah dan (bersaksi) bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa (di bulan) Ramadhan dan menunaikan haji ke
Baitullah." (Muttafaq Alaih).
Dalam ibadah haji terdapat
beberapa ibrah / pelajaran yang sangat banyak bisa diambil bagi yang
melakukannya, sehingga proses Ibadah haji dapat dijadikan sebagai Ibadah yang
bermampaat bukan hanya ibadah rutinitas tahunan saja. Syekh Sa’id Hawwa dalam bukunya Al – Islam menguraikan ibadah haji
dapat di tinjauan dalam berbagai analisis, Pertama Haji adalah simbol yang
terbentuk dari berbagai amalan. Simbol penyerahan kita kepada Allah, karena itu
kita melihat makna dan hikmahnya. Thawaf, wuquf, sa’i, mencukur rambut dan
amalan haji lainnya. Haji adalah persatuan umat islam, tanpa memandang Ras,
warna kulit dan kebangsaan. karena dasar persatuannya adalah Aqidah, agama dan
syariat islam. Kedua Ibadah haji adalah manifestasi prinsip – prinsip islam.
Yaitu manifestasi ukhuwah islamiah, dimana manusia menyerahkan secara nyata bahwa
ia adalah saudara bagi muslim yang lainnya diseluruh dunia. Karena haji
sesungguhnya manifestasi dari “ dan kami jadikan kamu berbangsa dan besuku agar
kamu saling mengenal “ ( Al – hujarat 13 ) didalam haji tersebut terwujud
ta’aruf akbar antar bangsa – bangsa di dunia.
Ketiga Ibadah haji
adalah madrasah, tempat
penggemblengan yang mengantarkan manusia
ke peringkat yang lebih tinggi. Karena dengan haji manusia dapat belajar
mengerahkan potensi dengan kesabaran. Karena dia ( maksudnya haji ) adalah seutama
utamanya jihad. “ tetapi seutama –utama jihad adalah haji yang mabrur “ karena
begitu banyak pelajaran yang terkandung selama menjalan proses ibadah haji. Keempat
Ibadah haji dapat membangkitkan berbagai perasaan; membangkitkan rasa kasih
terhadap terhadap kaum muslim, membantu kepedihan mereka dan merasakan apa yang
dirasakan generasi pertama yang ditindas
mempertahankan aqidah yang mereka pegang.
Kelima, di dalam setiap amalan
haji terkadung berbagai pelajaran dan makna. Jika manusia menyadari, haji akan
melahirkan gagasan – gagasan rabani, peningkatan akhlak islami dan semangat
keteladanan yang lebih tinggi terhadap Rasullulah saw. Arafah adalah tempat
berkumpul manusia sebelum melakukan thawaf rukun. Secara serentak dan bersamaan
,mereka memulai keberangkatan untuk mengagungkan ka’bah. Kemudian menuju
muzdhalifah dalam keadaan telah bertaubat dan berserah diri. Umat muslim menuju
ka’bah dengan jiwa yang bersih. Kemudian dari muzdalifah mereka menuju Mina
untuk melontar jumrah sebelum thawaf, sebagai pernyataan bahwa musuh Allah
adalah musuh mereka.
Kemudian dilanjutkan memotong
hewan qurban sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas karunia Nya dalam
menghalalkan binatang ternak kepada mereka. Lalu mencukur rambut sebagai
persiapan thawaf dengan jiwa bersih, pakaian suci dan penampilan yang bagus.
Setelah itu menuju makkah dan berthawaf
di sekeliling ka’bah sambil mengagungkannya karena Allah SWT telah mengagungkannya.
Firman Allah, “…Dan barangsiapa mengangungkan syi’ar – syi’ar Allah, maka itu
sesungguhnya timbul dari ketakwaan hati “ ( Al
- hajj :32 ).
Kemudian sa’i antara shafa dan
marwah sebagaimana pernah dilakukan ibu mereka, Siti hajar yang shalihah pada
permulaan baitullah dibangun. Keluar dari perjalanan ini manusia menjadi
seperti dilahirkan kembali. Seterusnya mereka ( jama’ah haji ) kembali lagi ke
mina untuk melempar jumrah sebagai pernyataan permusuhan total terhadap setan
untuk selama – lamanya.
Keenam, Ibadah haji membawa kaum muslim kepusat islam pertama
yang pernah ditempati oleh Ibrahim As dan Muhammad SAW. Perjalan ini akan
memperkuat ikatan muslim kepada pusat islam yang menjadi negeri spiritual,
kiblatnya, orientasi jasadnya. Titik tolak semangat dan cita – citanya.
Sehingga sekembalinya dari tempat ini ( mekkah ) sebagaian besar bentuk
kehidupan muslim mulai berubah dan berganti. Dulu keterkaitannya dengan markas
/ tempat suci ini hanya bersiapat teoritis, namun kini telah berganti menjadi kenyataan yang dapat dirasakan dan
diamalkan.
Melihat
dari aspek tarikh / sejarah Ibadah haji menghidupkan kenangan rabbani yang
abadi yang pernah dikenal manusia. Kenangan sebuah keluarga yang tidak pernah
memperdulikan apapun didalam menjalankan perintah Allah. Kenangan seorang anak
yang rela menjadi kurban untuk sebuah pengabdian, kenangan seorang ibu yang
sangat yakin akan perlindungan Allah SWT. Haji adalah salah satu jalan
pembebasan dari kenistaan syaitani, menuju kesertaan Ar – Rahman , zat yang maha
kasih. Muslim yang melontarkan jumroh sebelum tawaf dika’bah, thawaf dan
kembali melontar jumrah adalah muslim yang jelas – jelas menerapkan Firman
Allah swt, “…Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah,
maka ia telah berpegang teguh dengan ikatan yang sangat kuat…” ( Al – Baqarah :
256 )
Bahkan tidak ragu lagi jika para ulama islam dapat
mengfungsikan haji dan mendudukannya secara proporsional, ia akan dapat
menyelesaikannya berbagai persoalan umat.
Terlepas
dari itu semua, sesungguhnya umat manusia diseluruh dunia saat ini yang
melakukan haji berharap untuk dapat menjadi haji yang mabrur, karena predikat
mabrur itu tidak bisa didapatkan dengan kemudahan, tetapi dengan perjuanagn
yang sungguh luarbiasa baik itu materi, tenaga / fisik maupun psikologis yang
kuat.
Namun itu semua adalah bukan hal
yang mustahil, tanda / isyarah yang menjadi indikator seorang muslim
menjadi haji mabrur, Imam an-Nawawi
berkata: "Diantara tanda-tanda diterimanya adalah bahwa sepulangnya dari
haji, orang tersebut menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya dan tidak
mengulangi lagi perbuatan-perbuatan maksiat yang pernah dilakukannya". Hal
senada juga diungkapkan oleh Imam Syaikh as-Sindy dalam syarahnya terhadap
hadits ini. Sehingga uraian diatas penulis sampaikan doa kepada sekalian kaum
muslim diseluruh penjuru dunia, khusus lagi provinsi Bangka Belitung.
Sebagaimana untuk memaknai ibadah haji bukan hanya sebagai rutinitas ibadah
tahunan saja, melainkan ibadah yang memberikan dimensi yang berbeda terhadap
kehidupan kita semua…
0 komentar:
Posting Komentar