Tantangan
Pasca Pilkada
Tonnie
Melfiansyah
Ketua
Komisariat KAMMI Depati Amir Bangka Belitung
Bomming
pemilukada telah berakhir, 23 Februari yang lalu menjadi moment yang tidak bisa
dilupakan masyarakat Bangka Belitung. Pesta demokrasi yang terjadi hanya 5
Tahun sekali mengisahkan banyak harapan dan tanda tanya besar bagi masyarakat, tidak
hanya itu ternyata pemilukada Gubernur Bangka Belitung 2012 diwarnai banyak
peristiwa – peristiwa yang hampir menjadi pusat perhatian masyarakat Bangka
Belitung saat itu. Mulai dari penjaringan bursa calon Gubernur, penetapan calon
Gubernur yang lulus verifikasi, proses kampanye hingga pemilihan yang jatuh
pada tanggal 23 februari yang lalu.
Banyak
ditemukan peristiwa – peristiwa yang tidak sesuai dgn peraturan yang berlaku, misalnya
kecurangan – kecurangan yang terjadi baik itu berupa money politik, mencuri
start kampanye yang dilakukan setiap pasangan calon Gubernur tersebut. Hal-hal
tersebut secara tidak langsung memunculkan opini yang negatif ditengah – tengah
masyarakat. Ketika kita lihat lebih jauh bahwa hal tersebut dapat memberikan
suatu contoh yang tidak baik apalagi ketika kita bicara pendidikan politik bagi
masyarakat.
Masyarakat
dewasa ini, setidaknya patut kita apresiasikan dimana lambat laun, walaupun
agak lamban paradigma pola pikir mereka sudah berubah tidak
terkecuali dengan masyarakat negeri ini ( Bangka Belitung ). Dalam konteks nasional maupun kewilayahan, paradigma
masyarakat sekarang setidaknya sudah mulai berubah, dimana kepekaan mereka
dengan setiap permasalah – permasalahan yang muncul, baik itu aspek sosial, budaya,
agama, hukum dan politik.
Hal
senada juga dapat kita lihat ketika terjadi permasalahan seputar pilkada
beberapa pekan yang lalu yang berdampak pada stimulan masyarakat banyak yang
mengkritisi, mungkin bisa kita temui di media elektronik maupun cetak. Mungkin
hal tersebut kalau kita tinjau lebih merupakan tanda – tanda terwujudnya masyarakat madani. Sehingga tidaklah heran
ketika permasalahan yang muncul dalam bermasyarakat terlebih lagi masalah
pilkada yang secara fakta berdampak sangat besar terhadap semua aspek, seperti
kita ketahui bahwa pemilukada adalah ritual dan agenda moment yang sangat
berpengaruh dalam proses kepemimpinan daerah tersebut.
Sebagai
salah satu Provinsi yang baru, Bangka Belitung yang merupakan Provinsi pemisahan
dari Sumatera Selatan, sedikit banyak memberikan cerita yang panjang untuk kita
ketahui bersama, perjuanagan Bangka Belitung kala itu untuk menjadi sebuah Provinsi
sangatlah lama. Waluapun hingga hari ini, secara administratif menurut penulis
bangka Bangka Belitung belum sesuai menjadi salah satu Provinsi, namun dengan
keyakinan yang luar biasa yang dimilki para tokoh pejuang Bangka Belitung saat
itu. Dan sebuah pemikiran untuk memajukan daerah sendiri, sehingga sebagai
salah satu Provinsi Bangka Belitung menjalani otonomi daerah dalam menjalani
roda pemerintahannya,begitu juga pemilukada.
Ketika
kita kita bicara kontek pemerintahan setidaknya kita juga menyinggung masalah
sistem negara yang dalam dalam hal ini berpengaruh terhadap kedaerahan/bagian
dari negara tersebut, (maksudnya Provinsi, kabupaten bahkan sampai ketingkat
rendah sekalipun). Sistem yang dianut bangsa ini adalah sistem demokrasi, yang
mana pemerintahan yang dari, oleh dan untuk rakyat ala teori
Trias polika dari Montesque.
Ketika kita melihat lebih jauh tentang teori tersebut, relevansi dan
korelasinya memiliki keterkaitan dengan Pemilukda. Namun pertanyaan yang muncul
di tengah – tengah masyarakat Bangka Belitung saat ini apakah Pemilukada Bangka
Belitung sudah sesuai dengan teori tersebut???
Pertanyaan
besar yang sejati harus dijawab oleh birokrat – birokrat negeri ini, baik
eksekutif, legislatif maupun yudikatif yang mereka diberi amanah oleh rakyat.
Terkait masalah pemilukada, mungkin ada beberapa yang harus kita kaji ulang
lagi baik itu penerapan secara teknis maupun secara non teknis, karena seperti
kita ketahui bersama dalam proses banyak terdapat kecurangan – kecurangan yang
terjadi. Tetapi untuk masyarakat saat ini bukan itulagi yang menjadi bahan
perhatian masyarakat, masyarakat lebih bertanya akankah Gubernur yang terpilih
ini mampu memberikan perubahan bagi Provinsi tercinta ini. Begitu banyak
harapan –harapan masyarakat yang diharapkan masyarakat, terlebih lagi Gubernur
baru yang terpilih baru ini adalah incumbent. Meskipun proses penetapan belum
fixsasi secara utuh karena masih tersangkut masalah di Mahkamah Konstitusi ( MK
).
Bagi
sebagian besar atau bahkan semua lapisan masyarakat Bangka Belitung terpilih Gubernur
yang baru merupakan harapan yang besar akan sebuah perubahan terlebih lagi
incumbent yang tuk kedua kali ya diberi kepercayaaan oleh rakyat. Harapan –
harapan yang muncul pasca pilkada bukan tanpa alasan. Mengingat banyak
permasalahan permasalahan yang terjadi
di negeri tercinta kita ini, mulai dari kemisknan, pengangguran, lapangan
pekerjaan, birokrasi, pendidikan, kesehatan dan pertambangan dll.
Bangka
Belitung sebagai salah satu Provinsi yang belum lama terbentuk (tanggal 21
maret 2001) memiliki keistimewaan sendiri, baik dilihat dari letak
geografis, sosial, budaya memiliki keunikan tersendiri, sehingga tidak heran
sebagai Provinsi yang baru Bangka Belitung memiliki masalah yang kompleks juga.
Terkadang
juga masyarakat sempat dibingungkan dengan permasalahan tersebut,sebagai contoh
berdasarkan data dari berbagai sumber masalah yang cukup signifikan saat ini adalah
tingkat kemisikinan yang terus bertambah.
Data terakhir menyebutkan 65.550 orang misikin di periode september 2011 atau
5,16 persen dari total jumlah penduduk babel. Angka yang cukup besar kalau kita
lihat sebagai Provinsi yang baru.
Tidak
hanya itu hal senada sesungguhnya tidak sesuai kalau kita melihat kondisi
potensi yang dimiliki Provinsi ini, misalnya
potensi SDA ( Sumber daya manusia ) baik itu yang dapat diperbaharui ( Reneweable
resourse ) maupun tidak dapat diperbaharui (unrenawble resource) baik
dari berbagai sektor, pertanian, perkebunan, kelautan dan bahkan yang sangat fenomenal
sekarang yang sangat banyak dinegeri ini, namun pertanyaan sejauh mana itu bisa
dimampaatkan. Hal tersebut sejatinya merupakan pekerjaan besar pemimpin baru
negeri ini.!!!
Lebih
mengherankan lagi, berita baru – baru ini rencana pemerintah untuk menaikkan
harga pokok BBM ( Bahan bakar Minyak ) yang beberapa pekan ini menjadi berita
yang cukup heboh diberbagai media baik itu cetak maupun elektronik. Kondisi
yang sangat berdampak secara langsung kepada masyarakat kecil, hal tersebut
juga berdampak terhadap Provinsi tercinta kita ini. Keresahan masyarakat kian
menjadi, hal tersebut menurut penulis sangat wajar. Kenaikan harga BBM juga
berimbas kepada kenaian harga barang – barang pokok lainnya….
Berbicara tentang itu semua, sesungguhnya
tidak terlepas dari peranan pemerintah dalam hal ini pemegang kekuasan penuh dalam
menentukan kebijakan – kebijakan yang sejatinya sangat berdampak terhadap
kondisi negeri ini. Apakah kebijakan itu pro rakyat atau tidak. Momentum
pilkada adalah moment dimana masyarakat memilih secara langsung pemimpin. Tentunya
dengan terpilihnya Gubernur / pemimpin yang baru di Bangka Belitung ada sejuta
harapan dalam segenap masyarakat babel.
23
Februari telah berlalu, Pilkada telah selesai dengan diputuskan sidang pleno
KPU rekapitulasi perolehan suara dan penetapan pemenang Pemilukada pada Sabtu 3
Maret 2012. Hasil akhir diputuskan pasangan incumbent yang memperoleh suara
terbanyak, meskipun sedikit diwarnai konflik oleh pasangan calon yang lain
hingga pengaduan ke pihak MK. Sebagai pasangan incumbet tentu ini adalah hal
sangat spesial, artinya sebagiaan masyarakat Bangka Belitung masih memberikan
kepercayaan kepada pasangan incumbent tersebut.
Pertanyaan besar yang menghampiri
kita saat ini, apakah mungkin Gubernur baru
Bangka Belitung mampu membawa perubahan yang lebih baik lagi. Sungguh
itu pertanyaan itu membuat kita merefleksi kembali bahwa benarkah pilihan kita
semua tepat. Ataukah pilihan kita semua hanya dikarenakan beberapa hal sehingga
membuat kita tidak bisa melihat atau memilih pemimpin yang benar – benar
pemimpin.
Gubernur terpilih harus bisa
menjawab harapan – harapan masyarakat pasca pemilukada Babel 20012, terlebih
lagi incumbent. Kepercayaan masyarakat tersebut harus dibayar mahal, karena
tidak mngkin masyarakat memilih tanpa adanya Harapan. Sesungguhnya masyarakat
menunggu janji – janji ketika kampanye.
0 komentar:
Posting Komentar