Home » » Demo yang Benar dan Indah

Demo yang Benar dan Indah

Written By KAMMI BABEL on Jumat, 30 Maret 2012 | Jumat, Maret 30, 2012

Tulisan Opini Rektor UBB di Koran Bangka Pos, 30 Maret 2012.... Aksi Penolakan Kenaikan BBM yang dilakukan oleh KAMMI Babel dan BEM UBB beberapa waktu  lalu dianggap sebagai contoh demo yang benar dan indah....

Tapi ada saatnya Kader KAMMI berdemo dengan Benar walau tidak indah ^^
Demo yang Benar dan Indah
Penulis: Oleh: Bustami Rahman Rektor UBB
edisi: 30/Mar/2012 wib
"Publik telah jenuh dengan adegan dorong-dorongan, pukul-pukulan, lempar-lemparan antara pendemo dan polisi. Cukuplah sudah."
Saya memimpikan demo yang benar dan indah dan hal itu dimungkinkan terjadi dalam dunia nyata,  sekurang-kurangnya di Bangka Belitung. Ide atau mimpi ini menguat tatkala saya memperhatikan demo yang dilakukan oleh BEM UBB bersama KAMMI beberapa waktu yang lalu. Demo itu berlangsung damai, mahasiswa menyampaikan orasi dengan cukup santun dan para polisi yang masih muda-muda itu mendampingi demo hingga selesai.



Saya dengar juga setelah usai demo, mereka berfoto bersama. (lebih lengkap lihat di http://bangka.tribunnews.com/2012/03/17/mahasiswa-dan-polisi-foto-bersama-usai-demo). Ada lagi yang menarik dan tidak boleh tidak harus diapresiasi adalah dimuatnya berita demo itu di koran-koran lokal dengan topik besar dan diletakkan di headline. Bukan main. Ini momentum yang tidak boleh dilewatkan begitu saja untuk diangkat dalam pikiran kita bersama. Pada prinsipnya, kita ingin hidup yang damai. Jika ada masalah yang terpaksa harus disampaikan lewat sebuah demo, sampaikanlah, tetapi dengan cara atau metode yang benar dan indah.


Demo Indah
Bagaimana caranya melakukan demo yang benar dan indah itu dalam suatu pola atau model? Sederhana saja. Pertama memahami dulu bahwa suatu demo bermakna sebagai penyampaian atau mempertunjukkan sesuatu kepada orang lain, sehingga orang lain itu minimal  dapat memahami apa yang disampaikan itu. Demo atau demonstration digunakan untuk menyampaikan apa saja. Konsep ini bisa digunakan misalnya bagi ibu-ibu yang akan mempertunjukkan bagaimana cara memasak; mahasiswa mempertunjukkan teknis menanam jagung  bibit unggul secara tepat dan benar. Dan lain sebagainya. Nah, mengapa istilah demo sekarang ini seakan-akan dimonopoli oleh gerakan turun ke jalan? Ini adalah bawaan masa lalu setelah peristiwa  tahun 1966, jatuhnya orde lama dan dimulainya orde baru. Saking terkenalnya peristiwa itu yang dimotori oleh para mahasiswa dengan cara turun ke jalan, dibiasakanlah istilah demo itu sampai sekarang. Sehingga, kalau sekarang orang menyebut demo, maka di benak kita otomatis tergambar para mahasiswa turun ke jalan.

Kelemahan semantik berikutnya adalah menerjemahkan istilah demo ke dalam bahasa Indonesia sebagai unjuk rasa. Menurut saya, unjuk rasa dalam arti yang sebenarnya (baik denotatif maupun konotatif) tidak pas digunakan oleh para mahasiswa yang pendidikan keilmuannya cukup tinggi tersebut. Yang tepat sebenarnya adalah unjuk pikir, karena yang disampaikan tidak lagi hanya apa yang dirasakan, tetapi merupakan buah pikiran. Oleh sebab itu, sebelum berdemo mahasiswa mempersiapkan tulisan satu dua lembar yang berisi masalah dan pemecahannya, yang nantinya disampaikan kepada pihak berwenang. Langkah kedua, sebagaimana yang telah dipahami oleh para mahasiswa adalah mengajukan izin atau pemberitahuan kepada pimpinan perguruan tinggi dan pihak Polri  yang diteruskan dengan kordinasi mengenai tempat dan waktu. Langkah ketiga, secara rapi menuju ke lokasi demo yang telah disepakati. Dalam proses ini diperhatikan kemungkinan penyusupan provokator dari luar. Bersamaan dengan itu polisi telah ikut mengamankan dengan cara mendampingi. Dalam keadaan jumlah pendemo tidak terlalu masif, teknik mendampingi adalah sangat tepat untuk menghindari posisi berhadap-hadapan antara mahasiswa dan pihak pengamanan. Jika perlu, pimpinan mahasiswa atau korlap dan komandan pengamanan secara bersama bernyanyi atau meneriakkan yel-yel yang sehat dan bermartabat. Hal ini penting untuk membangun kebersamaan kedua belah pihak.

Langkah keempat adalah memperhatikan keamanan dan keleluasaan orang lain, yang mungkin berlalu lalang di tempat itu. Jangan sampai kebebasan yang diberikan oleh sistem demokrasi ini malah mengancam kebebasan orang lain. Jika ini terus terjadi, sama artinya pendemo merusak tatanan demokrasi yang ingin dibangun di negeri ini. Hindari kelakuan yang dapat membuat publik atau masyarakat umum sakit hati dan malah menjadi anti terhadap kegiatan demo. Jika ini terjadi, alih-alih ingin mendapat simpati dan dukungan publik, malah sebaliknya, anda akan menjadi common enemy atau musuh bersama.

Langkah Kelima adalah menyampaikan orasi, yang pokok pikirannya itu telah tertuang di dalam tulisan yang disiapkan tersebut. Sampaikanlah orasi itu dengan baik. Boleh dengan suara keras, tetapi tidak dalam kalimat caci maki dan dengan wajah yang beringas. Ingatlah bahwa mahasiswa lebih mengandalkan akal pikirannya ketimbang emosi. Langkah keenam, jika semua materi yang ingin disampaikan telah tuntas, sangat simpatik sekali anda bersalam-salaman, kalau perlu berpelukan dengan teman-teman atau bapak-bapak Polisi yang bertugas.  Mereka yang bertugas itu sesuai perintah mengamankan dan mendampingi para pendemo. Mereka bekerja sesuai protap yang telah ditetapkan. Percayalah, jika materi yang anda sampaikan itu benar, masuk akal dan bermutu, apalagi bermanfaat bagi rakyat banyak, pasti  pikiran dan hati Pak Polisi juga berpihak kepada anda.

Tak kalah pentingnya adalah peranan media. Demo yang benar dan indah ini akan terbiarkan begitu saja ditelan bumi jika media mengabaikannya. Contoh yang baik sekali telah dilakukan oleh media, terutama Bangka Pos pada saat Demo BEM UBB dan KAMMI yang lalu. Meletakkan demo yang damai di posisi headline adalah sangat terpuji. Apalagi jika dicantumkan juga foto dimana para pendemo dan polisi bersalam-salaman.

Alangkah indahnya dipandang mata. Publik telah jenuh dengan adegan dorong-dorongan, pukul-pukulan, lempar-lemparan antara pendemo dan polisi. Cukuplah sudah. Marilah kita memandang jauh kedepan, Indonesia yang damai, aman dan bermartabat dalam berperilaku. Saya memimpikan demo yang benar dan indah dapat dimulai dan digagas dari Bangka Belitung. Masyarakat yang dikenal tidak menyukai kerusuhan, menyimpan senjata hanya untuk ke laut dan ke ladang. Lebih suka bergurau ketimbang mengulau. Jika langkah-langkah ini bisa kita terapkan di Bangka Belitung, niscaya akan menjadi rujukan daerah lain di nusantara. Marilah memulai yang benar dan indah ini dari diri kita sendiri.***
Share this article :

0 komentar:

KAMMI BABEL

Foto saya
Pengurus Komisariat KAMMI Depati Amir Bangka Belitung. Berdiri Januari 2012 (belum satu tahun), terus bergerak untuk memberikan kontribusi terbaik bagi Bangsa.

Anda Pengunjung ke


web counter