PERMASALAHAN
KENAIKAN HARGA BBM
Siti Hawa
Anggota
KAMMI Komisariat Depati Amir Bangka Belitung
Pemerintah beralasan kebijakan untuk menaikkan harga Bahan
Bakar Minyak(BBM) dilakukan karena sudah terjadi pemakaian berlebihan atau .
Penyebabnya, ada jumlah pembelian kendaraan bermotor yang besar pada tahun 2011
dimana 800 unit motor dan 900 unit mobil terbeli. Kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi menurut pandangan ekonom sebaiknya diikuti dengan
program konversi energi. Program ini direncanakan dan dijamin tidak menimbulkan
gejolak ketika harga BBM melambung.
Kabarnya pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi dalam waktu dekat ini. Dalihnya, ada tren kenaikan
harga minyak bumi di dunia yang dipicu oleh berbagai factor. Bahkan kini harga
minyak dunia sudah menyentuh hingga USD 115 per barel atau di atas hitungan
anggaran pemerintah USD 90 per barel. Dengan melihat angka di atas, sudah dapat
dipastikan pemerintah akan menempuh jalan aman untuk mengamankan kondisi
keuangan Negara. Yakni dengan melakukan perubahan APBN 2012, seperti yang
pernah dilakukan tahun-tahun sebelumnya.
Dampak buruk yang langsung dirasakan oleh masyarakat adalah
naiknya harga kebutuhan hidup seperti sembako. Soalnya, BBM merupakan alat
pertahanan ekonomi yang paling vital bagi seluruh lapisan masyarakat bangsa.
Ada dua komoditas pokok yang sangat berpengaruh besar pada kemaslahatan hidup
ratusan juta penduduk bangsa ini.
Pertama adalah BBM. Dan kedua yakni beras. BBM berhubungan
dengan bahan bakar yang menggerakkkan berbagai alat transportasi dan alat
produksi masyarakat. Sedangkan beras, merupakan logistik utama atau makanan
pokok bagi mayoritas penduduk di Indonesia. Terganggunya produksi atau naiknya
harga dua komoditas di atas, sangat mengganggu nasib kehidupan masyarakat
kecil. Terutama bagi mereka yang tergolong keluarga miskin.
Jatuhnya rezim orde lama dan orde baru, tak lain juga akibat
ketidak lihaian pemerintah yang berkuasa waktu itu dalam mengelola BBM dan
beras nasional. Penulis berani berspekulasi, kejatuhan orde reformasi juga
bakal dikarenakan keteledoran pemerintah dalam mengelola masalah perberasan dan
BBM.
Beras dan BBM menjadi alat pertahanan ekonomi yang paling
ampuh dalam memakmurkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekaligus
sebaliknya, sebagai alat yang paling ampuh untuk menghancurkan kehidupan
perdaban sebuah bangsa. Sejarah perjalanan bangsa ini sudah “terlalu kenyang”
dengan modus politik yang bersinggungan dengan isu beras dan BBM. Maka jangan
sampai terjadi jatuhnya orde reformasi di masa mendatang, juga gara-gara isu
BBM dan beras.
Terjadi peningkatan jumlah pengangguran nasional, akibat
maraknya pabrik-pabrik dan perusahaan yang memutuskan hubungan kerja para
karyawannya. Otomatis jumlah orang miskin semakin membengkak. Kita berharap
juga Dahlan Iskan sebagai Menteri BUMN mampu menerapkan solusi cerdas dengan
membuka kran bagi kebebasan setiap pengusaha pribumi bergerak dalam bidang
industry BUMN. Harapannya, masalah harga BBM tidak melulu menjadi kebijakan
strategis dan otoriter bagi pemerintah. Melainkan menjadi kebijakan pasar yang
lebih demokratis, sebagaimana harga beras dan harga air mineral.
Satu hal yang patut kita pertanyakan adalah, mengapa di
tengah harga BBM yang mahal, dan akan terus mengalami kenaikan harga, justru
permintaan masyarakat akan kendaraan motor dan sahih, adanya rencana kenaikan
harga BBM memstinya memberikan efek jera kepada para calon pembeli dan
pengusaha kendaraan bermotor dalam membatasi jumlah produksinya, tetapi kenapa
malah berlaku hukum sebaliknya? Adanya kompetisi antara Pertamina dan
perusahaan swasta dalam industry BBM, hemat penulis, akan memberikan
alternative harga yang merakyat. Karena ada kompetisi di sana, sehingga
pertamina sebagai pelaksana teknis atas mahal atau murahnya BBM tidak selalu
dikambinghitamkan atas berbagai kebijakan yang telah ditempuh pemerintah.
Bagaimana caranya agar harga BBM bisa dikendalikan dan tidak
mencekik kehidupan masyarakat? Yaitu dengan memaksimalkan berbagai penelitian
dan inovasi yang bisa menginspirasi adanya sumber bahan bakar baru di
Indonesia. Pernyataan dan aksi menolak kenaikan harga BBM semakin marak.
Gelombang protes ini diperkirakan bakal semakin deras dalam beberapa hari ke
depan. Kita sungguh memahami kekecewaan sebagian besar masyarakat yang
kehidupannya serba pas-pasan. Sudah barang tentu pemerintah tak mungkin
menyulap kesuraman menjadi keriangan dalam sekejap. Ada sejumlah prasyarat yang
harus dipenuhi dan langkah-langkah awal yang harus ditempuh terlebih dahulu.
Untuk itu dibutuhkan waktu untuk memantapkannya.
Seandainya pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor
2 Tahun 2005 tentang Kebijakan Perberasan yang bertujuan meningkatkan harga
jual beras di tingkat petani sebelum pengumuman kenaikan harga BBM, mungkin
masyarakat akan bertambah keyakinannya bahwa pemerintah lebih mendahulukan
kepentingan masyarakat bawah.\
Memang kenaikan harga BBM mengusik rasa keadilan
antargolongan. Namun kita pun harus menegakkan keadilan antargenerasi, yakni
dengan cara bahwa generasi sekarang harus turut bertanggung jawab dengan
menyisihkan minyak agar bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Yaitu dengan
mengembangkan sumber-sumber energi alternatif yang kita pun memiliki potensi
melimpah dan bisa diperbarui pula, misalnya ubi kayu, kelapa sawit, air, panas
bumi, dan tenaga matahari. Sumber-sumber energi alternatif ini tak bisa
dikembangkan jika harga BBM tetap murah.
Penolakan atas kenaikan harga BBM juga didasarkan pada hujah
bahwa dana kompensasi yang dialokasikan pemerintah untuk orang miskin tidak
akan berarti dan tepat sasaran karena birokrasi yang korup dan data tentang
orang miskin yang tidak akurat. Atas hujah ini, kiranya kita harus jujur
mengatakan bahwa bagaimanapun subsidi yang ditargetkan langsung kepada yang
paling berhak jauh lebih efektif sampai ke sasaran ketimbang subsidi
berdasarkan komoditi yang bersifat across the board, yang mana semua lapisan
mayarakat menerimanya, tak peduli kaya ataupun miskin. Sulit kiranya untuk
membantah kenyataan bahwa subsidi BBM selama ini sangat tidak tepat sasaran dan
dinikmati oleh kelompok menengah ke atas.
Yang terlupakan ialah kompensasi untuk kelompok masyarakat
yang tergolong nyaris miskin (near poor), khususnya di perkotaan. Kelompok ini
cukup banyak, bahkan jumlahnya lebih besar ketimbang yang berada di bawah garis
kemiskinan. Mereka tak memenuhi kriteria untuk memperoleh dana kompensasi, namun
hidup mereka pas-pasan. Kelompok inilah yang paling ringkih akibat kenaikan
harga BBM, sehingga dalam jangka pendek harus diperhatikan dengan seksama.
Hanya dengan meningkatkan penerimaan negara dari pajak
secara berarti dan benar, kita bisa mengangkat harkat puluhan juta orang miskin
dan nyaris miskin, memajukan pendidikan dan kesehatan rakyat, menggaji secara
layak pegawai negeri, tentara, dan polisi, serta meningkatkan kemampuan
pertahanan negeri sehingga disegani negara-negara tetangga.
Momentum kenaikan harga BBM juga menyadarkan kita betapa sangat buruk dan tidak sehatnya sistem transportasi nasional dan perkotaan kita.
Momentum kenaikan harga BBM juga menyadarkan kita betapa sangat buruk dan tidak sehatnya sistem transportasi nasional dan perkotaan kita.
Karena itulah pemerintah tampaknya mengalami kesulitan
menghadapi tekanan kenaikan biaya angkutan perkotaan yang dijejali oleh jutaan
pemilik dan pengemudi yang tergolong pelaku kegiatan informal. Sistem
transportasi perkotaan yang semrawut ini pula yang membuat boros penggunaan
BBM. Pemborosan semakin bertambah karena peningkatan jumlah kendaraan pribadi
mengingat dengan harga BBM yang murah membuat penggunaan kendaraan pribadi
lebih murah ketimbang kendaraan umum. kinilah saatnya bagi bangsa ini untuk
mulai menata masa depannya dengan lebih seksama. Kita berharap kebijakan
menaikkan harga BBM bisa dijadikan sebagai pembuka pintu untuk memasuki era
baru dalam penataan ekonomi nasional yang lebih menyeluruh. Wallahu ‘alam..
0 komentar:
Posting Komentar