Bukan itu saja yang kemudian menjadikan
bukti yang cukup kuat betapa peran kebangsaan KAMMI telah mampu mengawal
proses kebangsaan sekaligus menjaga eksistensi gerakan ditengah
kelesuan dan ketidakjelasan sikap yang ditunjukkan oleh gerakan –
gerakan mahasiswa lainnya. Peran – peran sentral itu ditunjukkan dengan
perubahan format gerakan KAMMI, dari yang awal adalah hanya merupakan
komite aksi, merubah bentuknya menjadi organisasi dan pergerakan, dan
sejak saat itu model gerakan KAMMI pun mengalami perubahan – perubahan
yang memiliki signifikasnsi terhadap arah dan corak gerakan KAMMI. Kalau
sebelumnya KAMMI hanya komite aksi dan tidak memiliki konsepsi organ
yang jelas, sejak perubahan bentuknya menjadi organisasi, ini juga
melandasi hadirnya filosofi gerakan yang bisa saya katakan cukup
revolusioner untuk sekelas gerakan mahasiswa Islam.
Filosofi gerakan ini pada akhirnya
menjadi patokan utama didalam tubuh gerakan ini, dimana didalamnya
terdapat kejelasan visi, misi, paradigma, unsur gerakan, dan juga kredo
gerakan. Filosofi gerakan ini pulalah yang pada akhirnya sampai sekarang
mengantarkan KAMMI tetap utuh menjaga performance gerakan yang masih
memegang prinsip – prinsip idealisme, moderat, dan konsisten menjaga
kesucian gerakannya. Dan pada akhir 2009 – 2010 lalu, filosofi gerakan
ini menjadi semakin lengkap dengan menjabaran ke dalam bentuk yang lebih
sederhana menjadi tahap gerakan atau disebut mihwar. Konsep tahap gerak
ini merupakan ide dari Pak Rijalul Imam sebagai penggagas model mihwar
gerakan ini, beliau membagi menjadi 6 tahap dan dikorelasikan dengan
prinsip gerakan KAMMI yang juga ada enam.
Prinsip gerakan KAMMI | Tahun (jangka waktu) | Tahap gerakan |
Kemenangan Islam adalah Jiwa perjuangan KAMMI | 1980 – 1988 | Fase Ideologisasi |
Kebatilan adalah musuh abadi KAMMI | 1998 – 2004 | Fase Resistensi |
Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI | 2004 – 2009 | Fase Reformulasi |
Perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI | 2009 – 2014 | Fase Rekonstruksi |
Kepemimpinan Umat adalah strategi perjuangan KAMMI | 2014 – 2019 | Fase Leaderisasi |
Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI | 2019 – 2024 | Fase Internasionalisasi |
Dari penjabaran ke enam prinsip dan
tahap gerakan tersebut diatas, menjadi penting mencermati saat ini KAMMI
berada di posisi mana dan apa yang harus dilakukan dalam posisi saat
ini. Rencana yang digulirkan KAMMI dalam fase ini adalah rencana
rekonstruksi. Rekonstruksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna
mengembalikan ke keadaan semula; memperbaiki; atau menyusun kembali.
Artinya dalam fase ini KAMMI dituntut untuk memiliki peran perbaikan,
menjadi gerakan konstruktif, baik secara kebangsaan maupun internal
KAMMI sendiri.
Pada tataran rekonstruksi kebangsaan,
yang artinya adalah wilayah ekspansi dan amal KAMMI, agenda utama
adalah mentransformasikan demokrasi dari demokrasi formal saat ini
menuju demokrasi substansial. Demokrasi yang dibutuhkan bukan hanya
keseimbangan kekuasaan antara eksekutif, yudikatif, dan legislatif, yang
artinya bahasa demokrasi hanya dinikmati oleh tataran elite saja,
melainkan demokrasi yang lebih substansial, yaitu bagaimana membumikan
demokrasi untuk menjadikan rakyat sejahtera, aman secara politik dan
ekonomi, serta kompetitif dalam kancah global. Konten politik yang
dibangun di fase ini adalah mengakhiri demokrasi yang tambal sulam alias
demokrasi formalitas, menuju demokrasi yang lebih substansi,
mengedepankan agenda kolektif kebangsaan pada pembangunan kesejahteraan
masyakarat, kedaulatan negara, dan kompetitif dikancah internasional.
Pada tataran rekonstruksi gerakan,
KAMMI harus tetap konsen untuk menjadikan kader sebagai asset
fundamental wilayah garapan KAMMI. Artinya, fase rekonstruksi ini tidak
kemudian menghilangkan begitu saja fase – fase sebelumnya yang telah
dilalui KAMMI. Fase ideologisasi, fase resistensi, fase reformulasi,
haru menjadi bagian yang utuh untuk senantiasa menjadi konsen garapan
KAMMI pada tataran rekonstruksi gerakan. Ditengah ekspansi gerakan KAMMI
dalam tataran rekonstruksi kebangsaan, KAMMI juga harus tetap komitmen
akan visinya menjadi wadah perjuangan permanen pembentukan kader
pemimpin, dan hal itu tak akan tercapai ketika KAMMI hanya sibuk
melakukan ekspansi gerakan tanpa memperhatikan ideologisasi kader –
kadernya.
Dan ternyata inilah yang beberapa masih
menjadi satu masalah mendasar dalam gerakan ini. Beberapa dari kita
kadang gamang menentukan sikap kita untuk apa berada digerakan ini, dan
hal itu berasal dari kurang syumulnya kita memahami manhaj, atau
barangkali fase ideologisasi kaderisasi ini yang mungkin juga kita
kesampingkan. Sehingga imbasnya, para kader – kader yang bingung
menentukan sikap, lebih cenderung memilih menjadi pengekor, atau bahkan
ada juga yang memilih mundur dari gerakan ini, dikarenakan ketakutan –
ketakutan dan persepsi – persepsi yang menyelimuti pola pikirnya.
Fase rekonstruksi adalah fase perbaikan,
dan kalau dikomparasikan dengan prinsip, berarti fase rekonstruksi
adalah menjadi konsep perbaikan. Perbaikan adalah tradisi perjuagan
KAMMI. Itulah bunyi prinsipnya yang keempat, sehingga ketika perbaikan
menjadi tradisi, tradisi untuk senantiasa membudayakan semangat
perbaikan, baik perbaikan internal kita, baik itu dari sisi kadernya,
pola geraknya, maupun perbaikan sisi ekspansi dakwah harus menjadi hal
yang perlu untuk kita lakukan kembali. Bukankah didalam gerakan ini juga
sangat mengenal dan paham sekali, tentang konsep kembali kepada ishlah dan taghyir? Perbaikan dalam segala aspek perjuangan.
Semoga kita memahami dan mencermati.
0 komentar:
Posting Komentar