Home » » AL NAKBA INTERNATIONAL TOURNAMENT, ANTARA PALESTINA DAN KITA

AL NAKBA INTERNATIONAL TOURNAMENT, ANTARA PALESTINA DAN KITA

Written By KAMMI BABEL on Jumat, 18 Mei 2012 | Jumat, Mei 18, 2012

M. Bachtiyar
Anggota Komisariat KAMMI Depati Amir Bangka Belitung
dipublikasikan di Harian Babel Pos, Jumat 18 Mei 2012


                       Selama beberapa hari ke depan, Timnas sepakbola Indonesia akan berjuang dalam salah satu turnamen yang juga masuk dalam kalender FIFA. Menjadi istimewa, karena turnamen kali ini tidak diadakan di sembarang tempat. Turnamen kali ini dilaksanakan di saah satu Negara yang hingga hari ini, di antara seruan kebebasan dan kemerdekaan yang selalu didengung-dengungkan, tak kunjung lepas dari penjajahan. Ya. Turnamen Al Nakba yang dilaksanakan sejak tanggal 14 Mei sampai  dengan 23 Mei ini diselenggarakan di Palestina.

Turnamen Al-Nakbah ini diikuti oleh 10 negara dan ke-10 negara tersebut dibagi dalam 3 grup. Grup A terdiri dari tuan rumah Palestina, Pakistan, Srilanka, dan Vietnam. Indonesia tergabung di Grup B bersama Kurdistan dan Uzbekistan. Sedangkan Grup C berisikan Yordania, Tunisia, dan Mauritania. Terlepas dari aneka konflik yang terjadi di tubuh induk sepakbola Indonesia, turnamen ini tentu masih sangat menarik untuk kita ikuti dan perhatikan. Terlebih, ada sebuah value lebih yang melandasi dilaksanakannya turnamen ini.

Hari Nakbah = Hari Bencana
Diselenggarakannya turnamen Al Nakbah ini sesungguhnya memiliki makna yang sangat mendasar. Tidak hany sekedar sebuah turnamen yang dihelat dengan tiba-tiba. Bahkan pemilihan tanggal turnamen pun memiliki alasan yang sangat kuat. Bagi rakyat Palestina, turnamen ini merupakan salah satu cara mereka untuk memperingati sebuah peristiwa yang hingga hari ini masih menjadi momok bagi mereka. Hari Nakbah sendiri berarti hari Bencana. Bukan bencana alam, tetapi yang terjadi pada tanggal 14 Mei 1948 itu merupakan bencana kemanusiaan. Berdirinya negara Israel di atas tanah rakyat Palestina menjadi bencana besar yang mengancam stabilitas dan perdamaian dunia hingga hari ini. Bencana yang belum kunjung usai.
Awal bencana yang selanjutnya diikuti oleh rentetan bencana yang mengerikan itu, terjadi ketika Israel memproklamirkan berdirinya negara Zionis di atas tanah resmi milik bangsa Palestina pada tahun 1948. Dengan angkuhnya, Israel kemudian mengusir sekitar 700.000 penduduk Palestina. Mereka dipaksa keluar dari rumahnya untuk mengungsi ke negara lain di sekitarnya. Ratusan ribu warga Palestina yang tanahnya dirampas itu, mengungsi di Libanon.
Tetapi kebiadaban Zionis Israel tidak berhenti hanya dengan mengusir penduduk asli Palestina dari negerinya sendiri. Pada tahun 1982, pemerintahan Zionis dengan dipimpin oleh Ariel Sharon menginvasi Libanon dan menghancurkan negeri kecil yang menampung ratusan ribu pengungsi asal Palestina itu. Selanjutnya, Yahudi Zionis bersama pasukan Kristen Libanon membantai sekitar lima ribu pengungsi yang tidak berdaya di kamp Shabra dan Satila. Peristiwa itu dan peristiwa lainnya telah menginspirasi banyak orang untuk memperingati setiap tahunnya sebagai Hari Nakbah, Hari Bencana. Peringatan Hari Nakbah tahun lalu diwarnai oleh insiden tewasnya 15 pemuda Palestina dan ratusan lainnya luka-luka, akibat bentrok dengan tentara Israel di dekat perbatasan Libanon dan Dataran Tinggi Golan.

Antara Kita dan Palestina
            Berbicara tentang Palestina, akan selalu membawa kita pada pembicaraan yang selalu menyentuh sisi dasar kemanusiaan kita. Sisi kebebasan dan kemerdekaan. Atau bila dalam pembahasaan pembukaan undang undang dasar Negara kita, kemerdekaan adalah hak segala Bangsa. Palestina, adalah satu-satunya Negara anggota Gerakan Non Blok (GNB) yang sejak awal ikut dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) yang hingga hari ini belum mendapatkan kemerdekaan mereka secara utuh.
            Hubungan Indonesia dengan Palestina sesungguhnya telah dimulai jauh sejak abad 12 M. Jauh sebelum era masing-masing Negara berdiri. Hubungan yang diawali dengan kepentingan bisni dan perdagangan antara kerajaan – kerajaan  yang ada di Nusantara dengan berbagai wilayah yang ada di Asia Barat (atau yang biasa disebut dengan Timur Tengah) yang saat itu masih merupakan wilayah kekhilafahan Turki Utsmani.
            Bahkan, bila ditilik lebih jauh lagi, posisi Palestina sesungguhnya menempati poisisi yang sangat penting bagi siapapun penghuni bumi ini. Bukankah di tanah Palestina yang disucikan berdiri Masjid Al Aqsho yang pernah menjadi kiblat bagi ummat Islam sebelum Allah pindahkan kembali menuju Ka’bah. Masjid Al Aqsho juga merupakan tempat Rosululloh SAW melaksanakan sholat sebelum bermi’raj menuju Sidrotul Muntaha dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Bagi umat Kristiani, Palestina juga menjadi tempat yang sangat bersejarah. Yerussalem pun menjadi holy land bagi mereka.
            Dalam masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, Palestina bersama Mesir adalah dua Negara yang paling awal mengakui kemerdekaan Indonesia. Maka sangat wajar dan sudah seharusnya, bila Indonesia, baik rakyat atau pemerintahnya harus berperan aktif dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Terlebih penjajahan Israel atas Palestina yang sudah berlangsung lebih dari setengah abad ini tidak dapat ditolerir dengan alasan apapun.
            Sejauh ini, peran dan dukungan berbagai elemen masyarakat Indonesia dalam mendukung perjuangan Palestina telah cukup diakui oleh masyarakat Palestina. Berbagai aksi demonstrasi, seminar, konferensi dan aneka kegiatan lain yang menyuarakan dukungan terhadap perjuangan Palestina selalu rutin digelar di berbagai daerah. Pengiriman relawan dan penggalangan dana pun selalu digaungkan. Bahkan belum lama ini pembangunan tahap 1 Rumah Sakit Indonesia di jalur Gaza yang bersumber dari donasi rakyat Indonesia telah mampu diselesaikan.
            Peran pemerintah Indonesia pun cukup besar dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Kunjungan beberapa anggota DPR RI ke jalur Gaza beberapa waktu lalu menunjukkan dukungan secara diplomasi antar Negara. Kedua Negara pun saling membuka hubungan diplomatik lewat kedutaan masing-masing. Bahkan bagi beberapa kalangan, kengototan Indonesia untuk mengirimkan tim nasional sepakbola dalam Turnamen Al Nakba kali ini bisa dilihat juga sebagai sebuah dukungan diplomatik atas pengakuan kedaulatan Palestina.
Tentu saja semua upaya yang telah disebutkan di atas belum cukup untuk mengatakan perjuangan kita mendukung kemerdekaan Palestina sudah selesai. Selama kemerdekaan dan kebebasan itu belum hadir dan menjelma. Tugas itu masih senantiasa ada di pundak rakyat dan pemerintah bangsa ini.
Hingga hari ini, faktanya masih banyak tahanan Palestina yang belum dibebaskan dari penjara-penjara Israel. Militer Israel punb masih berulang kali menyerang dan menculik rakyat Palestina. Mereka masih saja terus mencaplok tanah milik rakyat Palestina dan membangun di atasnya permukiman untuk warga mereka. Rakyat Palestina di Jalur Gaza hingga hari ini masih berada dalam blokade yang teramat menyiksa mereka. Tidak ada bahan makanan yang cukup. Pasokan energy, gas. Listrik dan obat-obatan pun tak bisa masuk. Pendeknya, hingga hari ini Israel masih menjajah Palestina.  
Menilik  kondisi ini, sungguh perjuangan memerdekakan Palestina masih harus menjadi salah satu agenda penting dalam benak masyarakat Indonesia, juga masyarakat dunia pada umumnya. Sebagaimana telah ditegaskan Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia, Marty Natalegawa yang berkesempatan menjadi pembicara pertama dalam pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri Gerakan Non Blok di Sharm el Sheikh, Mesir pada Rabu, 9 Mei 2012 yang lalu bahwa  “Kemerdekaan Palestina bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keniscayaan”. Ya. Kemerdekaan harus terwujudkan di seluruh penjuru dunia. Karena penjajahan bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Merdeka.


Share this article :

0 komentar:

KAMMI BABEL

Foto saya
Pengurus Komisariat KAMMI Depati Amir Bangka Belitung. Berdiri Januari 2012 (belum satu tahun), terus bergerak untuk memberikan kontribusi terbaik bagi Bangsa.

Anda Pengunjung ke


web counter