Home » » Belajar Dengan Cinta (Refleksi Hari Pendidikan Nasional)

Belajar Dengan Cinta (Refleksi Hari Pendidikan Nasional)

Written By KAMMI BABEL on Selasa, 01 Mei 2012 | Selasa, Mei 01, 2012


Shartika
Mahasiswa UBB/Anggota Komisariat KAMMI Depati Amir Bangka Belitung
*(Terbit di Harian Babel Pos, Senin, 30 April 2012) 

 Coba bayangkan jika mengerjakan soal matematika yang begitu ruwet kita rasakan bagai makan coklat atau es krim. Pasti tidak ada lagi keluhan siswa maupun mahasiswa dalam mengerjakan soal-soal itu. Pernahkah terbelesit dalam diri kita sebagai manusia pembelajar dan peserta didik. Tanyakan pada diri kita masing-masing sudah sedalam apakah kita menyelam ke lautan ilmu ?

Tepat tanggal 2 Mei, hari yang kita kenal dengan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS). Sekian tahun yang lalu sosok Ki Hajar Dewantara ikut memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Pengabdian beliau akan pendidikan memberi warna yang begitu mendalam. Begitu banyak karya-karya beliau yang dijadikan landasan bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan. Filosofi-filosofi yang terkenal dari Beliau yaitu ING NGARSO SUNTOLODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI (Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan). Sungguh sebuah filosofi yang sarat makna akan sebuah pendidikan. Filosofi tersebut mengajarkan arti peran seorang guru dalam mendidik murid-muridnya. Peran guru (pendidik) ketika didepan harus memberi contoh atau teladan dalam tindakan, ketika ditengah para muridnya dapat memberi ide-ide serta menciptakan prakarsa, dan yang lebih penting dapat memberi dorongan kepada murid-muridnya dari belakang.
Bagaimana pendidikan di Indonesia? Sudahkah konsep ING NGARSO SUNTOLODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI hadir ditengah-tengah pendidikan kita saat ini. Beberapa hari yang lalu kita mendapatkan kabar gembira. Sekitar 12 siswa SMP dan SMA berhasil memborong 11 penghargaan, 1 medali emas, 2 medali perak, 4 medali perunggu dan 4 penghargaan khusus dalam the 19th Internasional Conference of Young Scientists (ICYS) di Nijmegen, Belanda (16-21/4/2012). Patut kita banggakan atas penghargaan ini. Terlepas dari itu semua banyak sekali prestasi-prestasi yang telah diukir oleh putra-putri Indonesia baik dalam kancah nasional maupun Internasional. Namun apa yang menjadikan mereka para pelajar dapat berhasil dan mengukir prestasi ?.
Makna pendidikan tidak hanya kita kenal lewat sosok Ki Hajar Dewantara saja, namun jauh sebelum itu sudah ada perintah untuk belajar. Perintah pertama yang diturunkan Allah SWT pada seorang manusia mulia, tauladan bagi semesta alam Rosulullah SAW, perintah yang menyuruhkan untuk belajar. “Iqro” Bacalah..!!. Berabad-abad yang lalu perintah ini diturunkan kepada seorang manusia yang tidak tahu baca tulis, namun tetap diperintahkan untuk membaca. Begitu pentingnya pendidikan bagi umat manusia.
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam segala aspek, tidak hanya itu kemajuan suatu bangsa terlihat dari seberapa majukah pendidikan di negara tersebut. Sejarah juga telah membuktikan bahwa pendidikanlah yang dapat membangkitkan suatu negara. Sebagai contoh jepang merupakan negara yang pernah hancur akibat bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hirosima. Namun yang terjadi sekarang tidaklah seburuk apa yang terlihat dulu. Itu semua karena Negara tersebut memiliki komitmen yang besar dalam dunia pendidikan.
Sebagai seorang pembelajar, peserta didik, atau pendidik. Jadikan belajar bagaikan kekasih kita sendiri. Belajar dengan cinta sungguh sangat luar biasa. Ketika suatu pelajaran dapat kita rasakan sepenuh hati, meresap ke dalam relung-relung jiwa, yakinlah tidak akan ada kata sulit dalam mempelajari sesuatu. Konsep pembelajaran yang dilakukan sepenuh hati akan menghasilkan sesuatu yang indah. Selain itu ciptakanlah metode pembelajaran yang menarik. Belajar tidak hanya kita dapatkan didalam ruangan saja, duduk manis ditemani tembok-tembok yang membisu. Hari-hari yang kita lalui adalah bagian atau proses dari sebuah pembelajaran. Dimana pun kita dapat belajar, karena arti sebuah pembelajaran adalah ketika kita mendapatkan sesuatu pelajaran (dari buruk menjadi lebih baik, dari tidak tahu menjadi tahu). Pendidikan adalah perubahan pola pikir kita dari yang awan ke pola pikir moderen. Pendidikan juga merupakan proses pendewasaan, usaha  yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang dapat menjadikan perserta didik agar dapat mengembangkan potensi diri. Pendidikan itu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Ilmu merupakan pusaka mulia, harta yang tak ternilai yang dapat membimbing kita baik kehidupan di dunia maupun di akhirat. Dengan ilmu juga seorang hamba terangkat kedudukannya. Tertulis dalam firman Allah SWT “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Mujadalah ayat 11). Sungguh sangat disayangkan jika ada seorang guru yang memaksakan kehendaknya dalam mengajarkan murid-murid. Murid tidak dapat berekspresi, tidak dapat berkreasi terkukung oleh paksaan-paksaan gurunya. Guru yang baik adalah seorang guru yang tidak hanya berperan sebagai pengajar namun juga berperan sebagai pendidik. Karena guru adalah orangtua kedua bagi murid. Dunia pun dapat menjadi guru bagi kita. Belajarlah dengan cinta, agar semua terasa indah…!!



Share this article :

0 komentar:

KAMMI BABEL

Foto saya
Pengurus Komisariat KAMMI Depati Amir Bangka Belitung. Berdiri Januari 2012 (belum satu tahun), terus bergerak untuk memberikan kontribusi terbaik bagi Bangsa.

Anda Pengunjung ke


web counter